Minggu, 18 Desember 2016

BANJARMASIN PART II

Lanjut di hari kedua, subuh-subuh sekitar pukul 04.30 WITA liburan di Banjarmasin pun dimulai. Subuh ini diawali dengan mengunjungi Pasar Apung. Apabila anda ingat iklan salah satu tv swasta di Indonesia yang pernah menampilkan pasar apung, maka saya jamin umur anda saat ini pasti di atas 25 tahun....Hahaha....

Pasar Apung Siring Sungai Martapura

Ya, pasar apung kali ini yang saya kunjungi adalah Pasar Apung Siring Sungai Martapura. Kebetulan lokasi pasar apung ini tidak jauh dari hotel tempat saya menginap, hanya berjarak 300 meter. Pasar apung disini menawarkan banyak kebutuhan sehari-hari seperti kuliner khas Banjarmasin, buah-buahan maupun sayur mayur dan juga hasil sungai seperti ikan.

Surabi Banjar

Kebetulan pada saat kesana saya membeli Surabi Banjarmasin dan makan di atas jukung (perahu apung sejenis sampan). Hal ini sudah tidak asing bagi saya karena sewaktu di Palembang juga saya pernah makan di atas kapal yang ditambatkan. Rasanya seperti nostalgia di kampung halaman.

Mengingat waktu sudah mendekati pukul 06.30 saya pun kembali ke hotel untuk bersiap-siap untuk ibadah pagi menuju gereja di Banjarmasin. Setelah persiapan, kemudian saya melanjutkan perjalanan menuju gereja HKBP Banjarmasin yang terletak kurang lebih 2 km dengan menumpangi becak. Suasana Banjarmasin pagi itu cukup dingin dengan mendung menyelimuti hampir seluruh kota.

Naik becak di Banjarmasin

Tibalah di Gereja HKBP Banjarmasin, gereja ini terletak di pusat kota Banjarmasin dan berdekatan dengan Gereja Katedral Banjarmasin. Ibadah pun dimulai pukul 07.30 dan berakhir sekitar pukul 08.45. Pesan saya , di kota manapun kita sedang berada, jangan pernah lupa untuk gereja.

HKBP Banjarmasin

Suasana dalam Gereja HKBP Banjarmasin

Lanjut sepulang gereja sambil menunggu dijemput pukul 10.00 WITA, saya pun membeli sate di kaki lima depan hotel untuk mengganjal perut sementara. Setelah sampai di hotel, tak berapa lama kemudian hujan pun turun dengan begitu derasnya membasahi hampir seluruh kota Banjarmasin. Sempat deg-degan juga nunggu jam 10.00 karena jadwal di hari kedua cukup padat. Tapi akhirnya kekuatan doa itu mampu mengalahkan derasnya hujan.

Sate di depan hotel

Jam 10.00 WITA, akhirnya si adik kelas pun datang menjemput ke hotel. Perjalanan pun dimulai dengan menuju Museum WASAKA (Waja Sampai Kaputing). Orang pasti bilang aneh, saat liburan ke kota lain tapi malah ke museum. Tapi itulah yang saya suka, dulu waktu ke Bengkulu, Tenggarong, Jogja, Pekanbaru, dan banyak kota lainnya saya selalu menyempatkan diri mampir ke museum yang ada di kota tersebut.

Museum WASAKA

Kembali ke Museum WASAKA ini, museum ini berbentuk rumah banjar yang didalamnya menceritakan perjuangan rakyat Banjar yang memiliki motto Waja Sampai Kaputing yang berarti Berjuang hingga tujuan tercapai. Ada yang unik di Museum ini, yaitu Proklamasi disini tanggal 17 Mei 1949 (ini akan kita bahas di tulisan lanjutan yaaa).

Proklamasi 1949 Banjarmasin

Selesai dari Museum WASAKA, kemudian perjalanan pun dilanjutkan menuju Soto Bang Amat. Sampai di tempat ini, parkiran sangat penuh dan orang-orang pun sangat ramai. Soto ini merupakan Soto Banjar no 1 di kota ini, hal inilah yang menyebabkan soto ini ramai pengunjung. Untungnya adik kelas saya ini jago nyetir (maklum, pembalap trans Kalimantan), dengan mobil Fortuner yang gede nya minta ampun tapi dia masih bisa parkir di sudut yang sempit.

Soto Bang Amat Banjarmasin

Soto Banjar

Soto Banjar & Sate

Akhirnya setelah menncari tempat duduk yang kosong, akhirnya bisa juga memesan soto dan juga sate disini. Sumpaaaah, sekian banyak nyobain soto di berbagai kota baru kali ini ngerasain kuah soto yang bener-bener gurih (jatuh cinta sama cicipan pertama).

Lanjut kemudian setelah selesai makan siang tersebut, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Martapura (Kota Penghasil Intan terbesar di Indonesia dan dunia). Perjalanan menuju Martapura kurang lebih 1 jam dari kota Banjarmasin. Terasa cepat karena si adik kelas tadi kembali “ngebalap” dijalan bersama Fortunernya.

Si adik kelas ngebalap dengan Fortunernya

Sesampainya di Martapura yang terkenal sebagai Kota Intan terbesar di Indonesia, saya diajak menuju Pasar Intan Martapura. Disini suasananya tidak jauh berbeda dengan Pasar Inpres Kebun Sayur (Balikpapan). Hanya saja menurut saya, disini koleksi nya lebih lengkap mulai dari intan, mutiara, berbagai jenis batu, dan cinderamata khas Kalimantan.

Gerbang masuk Martapura

Prasasti Martapura Kota Intan
Cinderamata khas Kalimantan

Batik Dayak

Perhiasan untuk oleh-oleh

Hampir dua jam di Martapura akhirnya kami kembali pulang menuju Banjarmasin, dikarenakan si adik kelas harus gereja sore bersama keluarganya. Nah disinilah awal jantung berdetak cepat. Tanpa diduga, sebelum dipulangkan menuju hotel saya terlebih dahulu diajak mampir kerumah si adik kelas yang tidak lain adalah seorang wanita dan diajak ketemu keluarganya. Mati gaya dong kalo udah gini...Apalagi si adik kelas pergi untuk mandi dan siap-siap menuju gereja sementara saya ditinggal di ruang tamu bersama orang tuanya. Bahkan ini lebih berat daripada sidang skripsi !!! Saya diajak berbicara banyak hal mulai dari asal usul kenal sama si adik kelas, bicara tentang keluarga, gereja, bahkan sampai adat...

Well, akhirnya waktu berlalu dan keluarganya pun siap untuk gereja. Saya pun dipulangkan ke hotel dan mereka lanjut untuk ibadah dengan janji jam 19.00 WITA saya harus kembali ikut dinner bareng keluarga mereka. Astagaaaa, lagi-lagi saya harus menjalani “sidang skripsi”. Untungnya saat dinner tersebut saya sudah tidak lagi merasa canggung meski makanan yang saya makan lebih lama saya habiskan.

Selesai makan malam, kemudian si adik kelas kembali mengajak ke rumahnya dengan tujuan untuk mengantarkan keluarganya balik ke rumah dan kami kembali melanjutkan perjalanan kami malam ini. Setelah bingung mencari tujuan berikutnya kami pun menuju Duta Mal (Mal terbesar di Banjarmasin) untuk sekedar jalan-jalan. Akan tetapi mal sedang ramai meski hanya untuk sekedar ngopi. Akhirnya kami putuskan untuk menuju ke arah hotel dan mampir di Taher Square untuk ngopi di Coffee Toffee sambil bermain UNO. Saat main UNO ini saya pun kalah dan harus menerima tantangan untuk memeluk Patung Bekantan maskot Banjarmasin di tepi Sungai Martapura keesokan harinya.

Ngopi di Coffee Toffee

Bermain Uno


Ya, itulah cerita hari kedua di Banjarmasin...Perjalanan yang cukup melelahkan tapi menyenangkan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar