Kamis, 22 Desember 2016

BANJARMASIN PART III

Hari ketiga, last day di Banjarmasin diawali dengan pagi-pagi jogging dan menghirup udara segar di Taman Siring Sungai Martapura. Hampir 1 jam lebih jogging mengelilingi Taman Siring sambil menunggu si adik kelas datang jam 9 pagi dan saya pun memenuhi janji saya untuk berfoto bersama Patung Bekantan.

Taman Siring Sungai Martapura

Patung Bekantan, Maskot Banjarmasin

Akhirnya setelah dia datang, kami pun akhirnya mencoba menaiki perahu klotok mulai dari Taman Siring-Jembatan Pasar Lama-Jembatan Antasari sampai kembali ke Taman Siring. Diluar dugaan si adik kelas kena mabuk angin sungai, alhasil selesai berkeliling kami pun menepi terlebih dahulu untuk menenangkan dia agar kembali sehat.

Perahu Klotok

Selesai dari Taman Siring kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju salah satu tempat makan legendaris lainnya, Ketupat Kandangan Hj Ida. Rasanya cukup berbeda dengan ketupat lainnya, disini rasa kuahnya cukup manis (seperti susu). Selesai makan, kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Wadai Banjar untuk membeli oleh-oleh khas Banjarmasin seperti Amplang  & Bingka.

Ketupat Kandangan Hj. Ida

Ketupat Kandangan

Wadai Banjar

Lanjut kemudian menuju Kampung Sasirangan untuk membeli kain khas Banjarmasin tepatnay di Irma Sasirangan, salah satu tempat jualan Sasirangan terkenal di Banjarmasin. Disini banyak pilihan kain, baju pria dan wanita sebagai oleh-oleh khas Kalimantan. Lanjut kemudian saya pun check out di hotel dan menunggu di hotel untuk dijemput kembali oleh si adik kelas dikarenakan dia akan langsung menghadiri pernikahan temannya sekalian mengantar saya pulang.

Jam Buka Irma Sasirangan

Irma Sasirangan

Disini lah jantung pun diuji, saat menjelang menuju acara pernikahan temannya ternyata hujan pun mulai turun dan juga si adik kelas terlambat datang. Jantung pun berdetak, sementara tiket belum check in. Kemudian sampai di tempat pernikahan temannya tersebut saya tak kunjung henti berdoa supaya tidak terlambat. Akhirnya si adik kelas pun membalap menuju bandara, bahkan sampai di pintu masuk bandara saya pun berlari untuk mengejar check in yang sudah mepet. Beruntungnya lagi saya bisa pulang dengan Garuda Retro Livery, pesawat desain khusus Garuda Indonesia Airlines.


Tiket Pulang

Garuda Retro Livery


Akhirnya bisa check in dan bisa pulang ke Tangerang. Itulah pengalaman 3 hari di Banjarmasin, special thanks to adik kelas yang 3 hari menemani perjalanan selama di Banjarmasin.



Minggu, 18 Desember 2016

BANJARMASIN PART II

Lanjut di hari kedua, subuh-subuh sekitar pukul 04.30 WITA liburan di Banjarmasin pun dimulai. Subuh ini diawali dengan mengunjungi Pasar Apung. Apabila anda ingat iklan salah satu tv swasta di Indonesia yang pernah menampilkan pasar apung, maka saya jamin umur anda saat ini pasti di atas 25 tahun....Hahaha....

Pasar Apung Siring Sungai Martapura

Ya, pasar apung kali ini yang saya kunjungi adalah Pasar Apung Siring Sungai Martapura. Kebetulan lokasi pasar apung ini tidak jauh dari hotel tempat saya menginap, hanya berjarak 300 meter. Pasar apung disini menawarkan banyak kebutuhan sehari-hari seperti kuliner khas Banjarmasin, buah-buahan maupun sayur mayur dan juga hasil sungai seperti ikan.

Surabi Banjar

Kebetulan pada saat kesana saya membeli Surabi Banjarmasin dan makan di atas jukung (perahu apung sejenis sampan). Hal ini sudah tidak asing bagi saya karena sewaktu di Palembang juga saya pernah makan di atas kapal yang ditambatkan. Rasanya seperti nostalgia di kampung halaman.

Mengingat waktu sudah mendekati pukul 06.30 saya pun kembali ke hotel untuk bersiap-siap untuk ibadah pagi menuju gereja di Banjarmasin. Setelah persiapan, kemudian saya melanjutkan perjalanan menuju gereja HKBP Banjarmasin yang terletak kurang lebih 2 km dengan menumpangi becak. Suasana Banjarmasin pagi itu cukup dingin dengan mendung menyelimuti hampir seluruh kota.

Naik becak di Banjarmasin

Tibalah di Gereja HKBP Banjarmasin, gereja ini terletak di pusat kota Banjarmasin dan berdekatan dengan Gereja Katedral Banjarmasin. Ibadah pun dimulai pukul 07.30 dan berakhir sekitar pukul 08.45. Pesan saya , di kota manapun kita sedang berada, jangan pernah lupa untuk gereja.

HKBP Banjarmasin

Suasana dalam Gereja HKBP Banjarmasin

Lanjut sepulang gereja sambil menunggu dijemput pukul 10.00 WITA, saya pun membeli sate di kaki lima depan hotel untuk mengganjal perut sementara. Setelah sampai di hotel, tak berapa lama kemudian hujan pun turun dengan begitu derasnya membasahi hampir seluruh kota Banjarmasin. Sempat deg-degan juga nunggu jam 10.00 karena jadwal di hari kedua cukup padat. Tapi akhirnya kekuatan doa itu mampu mengalahkan derasnya hujan.

Sate di depan hotel

Jam 10.00 WITA, akhirnya si adik kelas pun datang menjemput ke hotel. Perjalanan pun dimulai dengan menuju Museum WASAKA (Waja Sampai Kaputing). Orang pasti bilang aneh, saat liburan ke kota lain tapi malah ke museum. Tapi itulah yang saya suka, dulu waktu ke Bengkulu, Tenggarong, Jogja, Pekanbaru, dan banyak kota lainnya saya selalu menyempatkan diri mampir ke museum yang ada di kota tersebut.

Museum WASAKA

Kembali ke Museum WASAKA ini, museum ini berbentuk rumah banjar yang didalamnya menceritakan perjuangan rakyat Banjar yang memiliki motto Waja Sampai Kaputing yang berarti Berjuang hingga tujuan tercapai. Ada yang unik di Museum ini, yaitu Proklamasi disini tanggal 17 Mei 1949 (ini akan kita bahas di tulisan lanjutan yaaa).

Proklamasi 1949 Banjarmasin

Selesai dari Museum WASAKA, kemudian perjalanan pun dilanjutkan menuju Soto Bang Amat. Sampai di tempat ini, parkiran sangat penuh dan orang-orang pun sangat ramai. Soto ini merupakan Soto Banjar no 1 di kota ini, hal inilah yang menyebabkan soto ini ramai pengunjung. Untungnya adik kelas saya ini jago nyetir (maklum, pembalap trans Kalimantan), dengan mobil Fortuner yang gede nya minta ampun tapi dia masih bisa parkir di sudut yang sempit.

Soto Bang Amat Banjarmasin

Soto Banjar

Soto Banjar & Sate

Akhirnya setelah menncari tempat duduk yang kosong, akhirnya bisa juga memesan soto dan juga sate disini. Sumpaaaah, sekian banyak nyobain soto di berbagai kota baru kali ini ngerasain kuah soto yang bener-bener gurih (jatuh cinta sama cicipan pertama).

Lanjut kemudian setelah selesai makan siang tersebut, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Martapura (Kota Penghasil Intan terbesar di Indonesia dan dunia). Perjalanan menuju Martapura kurang lebih 1 jam dari kota Banjarmasin. Terasa cepat karena si adik kelas tadi kembali “ngebalap” dijalan bersama Fortunernya.

Si adik kelas ngebalap dengan Fortunernya

Sesampainya di Martapura yang terkenal sebagai Kota Intan terbesar di Indonesia, saya diajak menuju Pasar Intan Martapura. Disini suasananya tidak jauh berbeda dengan Pasar Inpres Kebun Sayur (Balikpapan). Hanya saja menurut saya, disini koleksi nya lebih lengkap mulai dari intan, mutiara, berbagai jenis batu, dan cinderamata khas Kalimantan.

Gerbang masuk Martapura

Prasasti Martapura Kota Intan
Cinderamata khas Kalimantan

Batik Dayak

Perhiasan untuk oleh-oleh

Hampir dua jam di Martapura akhirnya kami kembali pulang menuju Banjarmasin, dikarenakan si adik kelas harus gereja sore bersama keluarganya. Nah disinilah awal jantung berdetak cepat. Tanpa diduga, sebelum dipulangkan menuju hotel saya terlebih dahulu diajak mampir kerumah si adik kelas yang tidak lain adalah seorang wanita dan diajak ketemu keluarganya. Mati gaya dong kalo udah gini...Apalagi si adik kelas pergi untuk mandi dan siap-siap menuju gereja sementara saya ditinggal di ruang tamu bersama orang tuanya. Bahkan ini lebih berat daripada sidang skripsi !!! Saya diajak berbicara banyak hal mulai dari asal usul kenal sama si adik kelas, bicara tentang keluarga, gereja, bahkan sampai adat...

Well, akhirnya waktu berlalu dan keluarganya pun siap untuk gereja. Saya pun dipulangkan ke hotel dan mereka lanjut untuk ibadah dengan janji jam 19.00 WITA saya harus kembali ikut dinner bareng keluarga mereka. Astagaaaa, lagi-lagi saya harus menjalani “sidang skripsi”. Untungnya saat dinner tersebut saya sudah tidak lagi merasa canggung meski makanan yang saya makan lebih lama saya habiskan.

Selesai makan malam, kemudian si adik kelas kembali mengajak ke rumahnya dengan tujuan untuk mengantarkan keluarganya balik ke rumah dan kami kembali melanjutkan perjalanan kami malam ini. Setelah bingung mencari tujuan berikutnya kami pun menuju Duta Mal (Mal terbesar di Banjarmasin) untuk sekedar jalan-jalan. Akan tetapi mal sedang ramai meski hanya untuk sekedar ngopi. Akhirnya kami putuskan untuk menuju ke arah hotel dan mampir di Taher Square untuk ngopi di Coffee Toffee sambil bermain UNO. Saat main UNO ini saya pun kalah dan harus menerima tantangan untuk memeluk Patung Bekantan maskot Banjarmasin di tepi Sungai Martapura keesokan harinya.

Ngopi di Coffee Toffee

Bermain Uno


Ya, itulah cerita hari kedua di Banjarmasin...Perjalanan yang cukup melelahkan tapi menyenangkan...

Jumat, 16 Desember 2016

BANJARMASIN PART I

Hari pertama di Banjarmasin dimulai dengan pendaratan di Bandar Udara Syamsudin Noor International Airport sore hari (perbedaan  jam dengan Tangerang). Ini kali pertama memijakkan kaki ke Bumi Lambung Mangkurat. Kedatangan kita kali ini dijemput oleh adik kelas semasa kuliah di Atma Jaya Jogja dulu.

Selesai dijemput di bandara, kita langsung bergerak menuju tempat makan yang cukup terkenal di sekitaran bandara Warung Nasi Itik Gambut “Tenda Biru”, tempatnya persis di pinggir jalan. Disini anda dapat merasakan sensasi makan nasi itik yang berbungkus daun pisang dengan bumbu khas Banjar.

Warung Nasi Itik Gambut "Tenda Biru"
Nasi berbungkus daun pisang
Nasi Itik

Setelah selesai makan di tempat tersebut, perjalanan kemudian berlanjut melewati kota Tangerang menuju ke Jembatan Barito (salah satu icon kota Banjarmasin). Sudah lama rasanya ga jalan di jembatan. Terakhir kali jalan di jembatan itu sewaktu di Palembang tepatnya di Jembatan Ampera. Kalau dilihat sekilas, Banjarmasin itu mirip Palembang sama-sama kota sungai dan hampir seluruh penjurunya banyak terdapat sungai.

Perjalanan Menuju Jembatan Barito
Prasasti Jembatan Barito
Jembatan Barito

Selesai dari Jembatan Barito, kemudian perjalanan dilanjutkan menuju salah satu legenda kuliner Banjarmasin, Lontong Orari. Belum lengkap ke Banjarmasin kalo belum ke berkunjung ke tempat ini. Tempat ini terletak di Jl. Seberang Mesjid, mulai buka 10.00-03.00 WITA jadi bagi anda yang kelaparan tengah malam, tempat ini adalah salah satu pilihan yang tepat untuk memanjakan lidah anda.

RM Lontong Orari

Suasana di Lontong Orari

Di tempat ini anda dapat menemukan lontong yang cukup besar untuk satu porsi yang berbentuk segitiga, saran saya sih kalo mau pesen porsi normal disana itu cukup setengah porsi Lontong Orari karena setengah saja porsinya sudah membuat perut anda kenyang. Saran saya, jika kesini pesan lauknya ikan haruan (ikan gabus) karena itu merupakan khas dari tempat ini. Selain lontong, disini juga ada nasi kuning banjar yang mungkin bisa anda coba sekalian.

Lontong Orari Ikan Haruan

Nasi Kuning Telur

Selesai memanjakan perut, akhirnya perjalanan pun dilanjutkan menuju Hotel Summer Bed & Breakfast untuk beristirahat. Hotel ini cukup nyaman dan strategis di pusat jantung kota Banjarmasin (Hotel ini akan kita review di tulisan berikutnya yaaa...)

Hotel Summer Bed And Breakfast Banjarmasin

Oke, itulah hari pertama kita di Banjarmasin yang akan dilanjutkan ke hari berikutnya.......

Selasa, 13 Desember 2016

Pengalaman berharga tiga hari liburan di Banjarmasin...

Setelah sekian lama absen menulis akibat kesibukan di akhir tahun, akhirnya ada kesempatan kembali untuk nulis. Kali ini mungkin lebih cocok untuk buat tulisan mengenai liburan 3 hari kemarin 10-12 Desember 2016.

Awalnya untuk liburan kali ini, sempat merasa ragu karena dihadapkan sama 2 pilihan kota Banjarmasin ataupun Pontianak. Tetapi setelah melakukan stalking di media sosial baik itu Instagram, Facebook maupun beberapa review dari teman-teman blogger akhirnya terpilihlah Banjarmasin.


Perjalanan menuju Banjarmasin

Liburan 3 hari long weekend kemarin diisi dengan perjalanan menuju Banjarmasin Kalimantan Selatan. Ya, ini kali pertama memijakkan kaki ke Bumi Lambung Mangkurat. Kota ini dikenal juga sebagai “Kota Seribu Sungai” karena hampir di setiap sudut kota yang ada di kota ini, anda akan menemukan sungai maupun aliran anak sungai.

Banjarmasin tampak dari pesawat

Finally di kota ini tidak terlalu banyak kesulitan adaptasi karena 2 bulan sebelumnya juga masih baru ke Pulau Kalimantan hanya saja kemarin ke Balikpapan (Kalimantan Timur), dan yang paling penting Banjarmasin ini sangat mirip dengan Kota asal saya Palembang (Sumatera Selatan).

Gerbang masuk Kota Banjarmasin

Di kota ini selain banyak sungai, kulinernya juga tidak jauh berbeda dengan Palembang, yang hampir sebagian besar berupa olahan makanan dari hasil sungai terutama ikan. Hal ini menyebabkan saya tidak terlalu sulit beradaptasi dengan Kota maupun kulinernya.

Banjarmasin Wisata Sungai

Banyak cerita mengenai kota ini yang akan saya ceritakan di tulisan lanjutan, semoga berguna bagi anda yang akan berkunjung ke Banjarmasin...Ulun bangga jadi urang Banua