Lanjut di hari
kedua, subuh-subuh sekitar pukul 04.30 WITA liburan di Banjarmasin pun dimulai.
Subuh ini diawali dengan mengunjungi Pasar Apung. Apabila anda ingat iklan
salah satu tv swasta di Indonesia yang pernah menampilkan pasar apung, maka
saya jamin umur anda saat ini pasti di atas 25 tahun....Hahaha....
|
Pasar Apung Siring Sungai Martapura |
Ya, pasar apung
kali ini yang saya kunjungi adalah Pasar Apung Siring Sungai Martapura.
Kebetulan lokasi pasar apung ini tidak jauh dari hotel tempat saya menginap,
hanya berjarak 300 meter. Pasar apung disini menawarkan banyak kebutuhan
sehari-hari seperti kuliner khas Banjarmasin, buah-buahan maupun sayur mayur
dan juga hasil sungai seperti ikan.
|
Surabi Banjar |
Kebetulan pada
saat kesana saya membeli Surabi Banjarmasin dan makan di atas jukung (perahu
apung sejenis sampan). Hal ini sudah tidak asing bagi saya karena sewaktu di
Palembang juga saya pernah makan di atas kapal yang ditambatkan. Rasanya
seperti nostalgia di kampung halaman.
Mengingat waktu
sudah mendekati pukul 06.30 saya pun kembali ke hotel untuk bersiap-siap untuk
ibadah pagi menuju gereja di Banjarmasin. Setelah persiapan, kemudian saya
melanjutkan perjalanan menuju gereja HKBP Banjarmasin yang terletak kurang
lebih 2 km dengan menumpangi becak. Suasana Banjarmasin pagi itu cukup dingin
dengan mendung menyelimuti hampir seluruh kota.
|
Naik becak di Banjarmasin |
Tibalah di
Gereja HKBP Banjarmasin, gereja ini terletak di pusat kota Banjarmasin dan
berdekatan dengan Gereja Katedral Banjarmasin. Ibadah pun dimulai pukul 07.30
dan berakhir sekitar pukul 08.45. Pesan saya , di kota manapun kita sedang
berada, jangan pernah lupa untuk gereja.
|
HKBP Banjarmasin |
|
Suasana dalam Gereja HKBP Banjarmasin |
Lanjut sepulang
gereja sambil menunggu dijemput pukul 10.00 WITA, saya pun membeli sate di kaki
lima depan hotel untuk mengganjal perut sementara. Setelah sampai di hotel, tak
berapa lama kemudian hujan pun turun dengan begitu derasnya membasahi hampir
seluruh kota Banjarmasin. Sempat deg-degan juga nunggu jam 10.00 karena jadwal
di hari kedua cukup padat. Tapi akhirnya kekuatan doa itu mampu mengalahkan
derasnya hujan.
|
Sate di depan hotel |
Jam 10.00 WITA,
akhirnya si adik kelas pun datang menjemput ke hotel. Perjalanan pun dimulai
dengan menuju Museum WASAKA (Waja Sampai Kaputing). Orang pasti bilang aneh,
saat liburan ke kota lain tapi malah ke museum. Tapi itulah yang saya suka, dulu
waktu ke Bengkulu, Tenggarong, Jogja, Pekanbaru, dan banyak kota lainnya saya
selalu menyempatkan diri mampir ke museum yang ada di kota tersebut.
|
Museum WASAKA |
Kembali ke
Museum WASAKA ini, museum ini berbentuk rumah banjar yang didalamnya
menceritakan perjuangan rakyat Banjar yang memiliki motto Waja Sampai Kaputing
yang berarti Berjuang hingga tujuan tercapai. Ada yang unik di Museum ini,
yaitu Proklamasi disini tanggal 17 Mei 1949 (ini akan kita bahas di tulisan
lanjutan yaaa).
|
Proklamasi 1949 Banjarmasin |
Selesai dari
Museum WASAKA, kemudian perjalanan pun dilanjutkan menuju Soto Bang Amat.
Sampai di tempat ini, parkiran sangat penuh dan orang-orang pun sangat ramai.
Soto ini merupakan Soto Banjar no 1 di kota ini, hal inilah yang menyebabkan
soto ini ramai pengunjung. Untungnya adik kelas saya ini jago nyetir (maklum,
pembalap trans Kalimantan), dengan mobil Fortuner yang gede nya minta ampun
tapi dia masih bisa parkir di sudut yang sempit.
|
Soto Bang Amat Banjarmasin |
|
Soto Banjar |
|
Soto Banjar & Sate |
Akhirnya setelah
menncari tempat duduk yang kosong, akhirnya bisa juga memesan soto dan juga
sate disini. Sumpaaaah, sekian banyak nyobain soto di berbagai kota baru kali
ini ngerasain kuah soto yang bener-bener gurih (jatuh cinta sama cicipan
pertama).
Lanjut kemudian
setelah selesai makan siang tersebut, kami pun melanjutkan perjalanan menuju
Martapura (Kota Penghasil Intan terbesar di Indonesia dan dunia). Perjalanan
menuju Martapura kurang lebih 1 jam dari kota Banjarmasin. Terasa cepat karena
si adik kelas tadi kembali “ngebalap” dijalan bersama Fortunernya.
|
Si adik kelas ngebalap dengan Fortunernya |
Sesampainya di
Martapura yang terkenal sebagai Kota Intan terbesar di Indonesia, saya diajak
menuju Pasar Intan Martapura. Disini suasananya tidak jauh berbeda dengan Pasar
Inpres Kebun Sayur (Balikpapan). Hanya saja menurut saya, disini koleksi nya
lebih lengkap mulai dari intan, mutiara, berbagai jenis batu, dan cinderamata
khas Kalimantan.
|
Gerbang masuk Martapura |
|
Prasasti Martapura Kota Intan |
|
Cinderamata khas Kalimantan |
|
Batik Dayak |
|
Perhiasan untuk oleh-oleh |
Hampir dua jam
di Martapura akhirnya kami kembali pulang menuju Banjarmasin, dikarenakan si
adik kelas harus gereja sore bersama keluarganya. Nah disinilah awal jantung
berdetak cepat. Tanpa diduga, sebelum dipulangkan menuju hotel saya terlebih
dahulu diajak mampir kerumah si adik kelas yang tidak lain adalah seorang
wanita dan diajak ketemu keluarganya. Mati gaya dong kalo udah gini...Apalagi
si adik kelas pergi untuk mandi dan siap-siap menuju gereja sementara saya
ditinggal di ruang tamu bersama orang tuanya. Bahkan ini lebih berat daripada
sidang skripsi !!! Saya diajak berbicara banyak hal mulai dari asal usul kenal
sama si adik kelas, bicara tentang keluarga, gereja, bahkan sampai adat...
Well, akhirnya
waktu berlalu dan keluarganya pun siap untuk gereja. Saya pun dipulangkan ke
hotel dan mereka lanjut untuk ibadah dengan janji jam 19.00 WITA saya harus
kembali ikut dinner bareng keluarga mereka. Astagaaaa, lagi-lagi saya harus
menjalani “sidang skripsi”. Untungnya saat dinner tersebut saya sudah tidak
lagi merasa canggung meski makanan yang saya makan lebih lama saya habiskan.
Selesai makan
malam, kemudian si adik kelas kembali mengajak ke rumahnya dengan tujuan untuk
mengantarkan keluarganya balik ke rumah dan kami kembali melanjutkan perjalanan
kami malam ini. Setelah bingung mencari tujuan berikutnya kami pun menuju Duta
Mal (Mal terbesar di Banjarmasin) untuk sekedar jalan-jalan. Akan tetapi mal
sedang ramai meski hanya untuk sekedar ngopi. Akhirnya kami putuskan untuk
menuju ke arah hotel dan mampir di Taher Square untuk ngopi di Coffee Toffee
sambil bermain UNO. Saat main UNO ini saya pun kalah dan harus menerima
tantangan untuk memeluk Patung Bekantan maskot Banjarmasin di tepi Sungai
Martapura keesokan harinya.
|
Ngopi di Coffee Toffee |
|
Bermain Uno |
Ya, itulah
cerita hari kedua di Banjarmasin...Perjalanan yang cukup melelahkan tapi
menyenangkan...